Suatu saat pasti kita pernah kedatangan seseorang dimana ia meminta
belas kasihan kepada kita. namun, kita begitu enggan untuk memberinya.
Entah, karena kita memang tak memiliki sesuatu untuk diberikan
ataupun memang malas memberikan.
Ah, mereka para pengemis itu para pemalas. Orang badannya masih
segar bugar. Andaikan mereka bekerja pasti nggak akan minta-minta kayak gini.
Tanpa disadari mungkin kita akan merasa jengkel ketika melihat
seseorang yang mungkin tampan, berbadan proposional, berkulit mulus. Tetapi
kerjanya hanya minta-minta di jalanan.
Jadi model aja bang. Enak kan dapat uang banyak. Ketimbang
panas-panas mengemis di jalan.
Padahal mengeluarkan uang seribu dua ribu sebenarnya bukan hal yang
berat. Namun entah, melihat banyak sekali pengemis dimana-mana, jadinya malas.
Sebelum terlalu jauh, kita coba perhatikan hadist Nabi yang
berbunyi : “Berikanlah sesuatu kepada pengemis meskipun sekedar menunggang
kuda.”
Kuda yang dimaksud itu adalah kendaraan elit yang ada di jaman
Rasulullah. Andai di samakan dengan jamannya kita. mengendarai keledai sama
seperti ketika kita mengendarai sepeda gunung.
Jika disana mengendarai onta, maka kita mengendarai motor. Dan jika
dulu mengendarai kuda, maka sama saja ketika kita mengendarai mobil.
Jadi seandainya ada seseorang turun dari mobil, lalu ia meminta
sedekah kepada kita. maka, tidak ada ruginya kita memberikannya uang atau
sesuatu yang lain.
Ketika kita memberikan orang lain suatu barang dengan ikhlas.
Niscaya Allah juga memberikan sesuatu yang sama kepada kita.
Sama seperti kisah dari wanita mulia Sayyidah Fathimah dan suaminya
Ali bin Abi Thalib.
Suatu hari Sayiidah Fathimah tengah mengalami sakit, lalu Sayyidina
Ali bertanya, “Apa yang sedang kau inginkan, istriku?”
Fathimah menjawab, “aku ingin buah delima.”
Waktu itu Ali sedang tidak mempunyai uang. Namun atas permintaan
istrinya itu akhirnya beliau berusaha mencari hutang dan berangkat kepasar demi
memenuhi keinginan istrinya.
Akhirnya beliau mendapatkan uang satu dirham dan dengannya cukup
untuk membeli sebuah delima.
Setelah membeli delima, Alipun begitu senang. Di sepanjang
perjalanan beliau membayangkan raut wajah istrinya ketika di bawakan sesuatu
yang diinginkannya.
Namun, ditengah perjalanan beliau mendapati seorang pengemis yang
berkata, “sudah lima hari aku belum makan, dan tak ada satu orangpun yang
mempedulikanku.”
Ali berkata, “apa yang kau inginkan?’”
“Aku ingin buah delima.” Jawab pengemis.
(Sebelum kita melanjutkan ceritanya. Kira-kira sekarang apa yang
kalian fikirkan? Seorang pengemis meminta delima? Apakah itu masuk akal.
Pengemis itu sudah lima hari tidak makan, namun yang dimintanya itu
buah delima. Mengapa tidak meminta makanan pokok saja atau yang lain yang bisa
membuatnya kenyang.
Pengemis meminta delima? Pengemis yang aneh. Hehee)
Lanjut,
Seketika Sayyidina Ali dilema. Bagaimana mungkin ia memberikan
delima satu-satunya ini kepada seorang pengemis. Padahal istrinya yang sakit
tengah menunggu untuk dibawakan delima olehnya.
Seketika Sayyidina Ali teringat dengan salah satu firman Allah yang
berbunyi, “terhadap pengemis, engkau janganlah menghardiknya.” (Q.S Ad Dhuha
:10)
Maka Sayyidina Alipun memberikan satu-satunya delima pada pengemis
itu. selama diperjalanan hatinya berat untuk pulang ke rumah. Apa yang harus ia
katakana pada istrinya.
Beliau tak membayangkan bagaimana ekspresi kecewa yang akan timbul
dari raut wajah istrinya. Sesampainya dirumah Sayyidina Ali tak memiliki keberanian
untuk bertemu istrinya. Beliau hanya diam di depan pintu rumahnya.
Seperti yang kita ketahui bahwa Sayyidah Fathimah merupakan salah
satu dari keempat wanita paling mulia di dunia. Sehingga Fathimahpun mengetahui
apa yang tengah dialami oleh suaminya.
“Masuklah duhai suamiku. Aku sudah tahu apa yang sedang engkau
alami.” Panggil Sayyidah Fathimah.
Sayyidina Alipun merasa tenang. “Delima yang sudah engkau berikan
kepada pengemis itu, aku sudah memakannya. Ketika engnkau memberikan pengemis
itu delima, maka Allahpun memberikanku delima. Hingga hilanglah rasa inginku
akan buah delima.”
Tiba-tiba ada terdengar suara orang yang mengetuk pintu rumah.
Ketika dibuka ternyata tamu itu adalah Salman al Farisi yang ditangannya
memegang talam yang tertutup di bagian atasnya. Lalu meletakannya dihadapan
Ali.
“Darimanakah ini ya Salman?” Tanya Ali.
“Dari Allah kepada Rasul dan dari Rasul kepada engkau.” Jawab
Salman. Ketika Sayyidina Ali membuka tutup talam itu. Ternyata di dalamnya
terdapat Sembilan buah delima.
“Ya Salman jika ini
merupakan pemberian Allah untukku, seharusnya ada sepuluh delima,
berdasarkan firman Allah Ta’ala:
“Barangsiapa membuat satu amal kebaikan maka pasti baginya
sepuluh kali ganda amalnya (balasannya).” (Al- An’am : 160)
Kemudian Salman Al Farisi tertawa seraya mengambil satu buah delima
lagi dari sakunya, “sebenarnya aku ingin menguji keimananmu terhadap firman
Allah yang engkau bacakan tadi.”
Subhanallah
Bersedekah bukanlah hal yang merugikan melainkan aka nada manfaat
yang jauh lebih banyak dari apa yang sudah kita sedekahkan.
Mulai sekarang cobalah untuk memberi seorang pengemis yang meminta
di jalanan. Cobalah berfikir. Kita sangat sayang kepada uang yang jumlahnya
sangatlah sedikit. Hanya seribu atau dua ribu rupiah.
Bahkan mungkin jika kita menyisihkannya kepada pengemis, tidaklah
merugikan bagi kita. (kecuali bagi yang kangker alias kantong kering. Hehee).
Jika kita tak memiliki uang bisa saja kita memberi sebungkus roti,
atau beri sebatang rokok, mungkin kita beri ilmu. Hehee mengajarkan ilmu itu
seperti sebuah sedekah.
Sehingga jika ada pengemis, langsung kita bilang, “pak sini mau
saya ajarkan ilmu biologi?” jika orangnya mau ya silahkan saja kita
mengajarinya. Kalau tidak mau yasudah tidak usah berkecil hati.
baca juga : analogy surga dan neraka
baca juga : analogy surga dan neraka
***
Terimakasih sudah sudi membaca blog ini.
Belum ada tanggapan untuk "Kesalahan ketika datang seorang pengemis dihadapanmu, Sadarlah!"
Posting Komentar