Kesalahan ketika datang seorang pengemis dihadapanmu, Sadarlah!


Suatu saat pasti kita pernah kedatangan seseorang dimana ia meminta belas kasihan kepada kita. namun, kita begitu enggan untuk memberinya.

Entah, karena kita memang tak memiliki sesuatu untuk diberikan ataupun memang malas memberikan.

Ah, mereka para pengemis itu para pemalas. Orang badannya masih segar bugar. Andaikan mereka bekerja pasti nggak akan minta-minta kayak gini.

Tanpa disadari mungkin kita akan merasa jengkel ketika melihat seseorang yang mungkin tampan, berbadan proposional, berkulit mulus. Tetapi kerjanya hanya minta-minta di jalanan.

Jadi model aja bang. Enak kan dapat uang banyak. Ketimbang panas-panas mengemis di jalan.

Padahal mengeluarkan uang seribu dua ribu sebenarnya bukan hal yang berat. Namun entah, melihat banyak sekali pengemis dimana-mana, jadinya malas.

Sebelum terlalu jauh, kita coba perhatikan hadist Nabi yang berbunyi : “Berikanlah sesuatu kepada pengemis meskipun sekedar menunggang kuda.”

Kuda yang dimaksud itu adalah kendaraan elit yang ada di jaman Rasulullah. Andai di samakan dengan jamannya kita. mengendarai keledai sama seperti ketika kita mengendarai sepeda gunung.

Jika disana mengendarai onta, maka kita mengendarai motor. Dan jika dulu mengendarai kuda, maka sama saja ketika kita mengendarai mobil.

Jadi seandainya ada seseorang turun dari mobil, lalu ia meminta sedekah kepada kita. maka, tidak ada ruginya kita memberikannya uang atau sesuatu yang lain.

Ketika kita memberikan orang lain suatu barang dengan ikhlas. Niscaya Allah juga memberikan sesuatu yang sama kepada kita.

Sama seperti kisah dari wanita mulia Sayyidah Fathimah dan suaminya Ali bin Abi Thalib.

Suatu hari Sayiidah Fathimah tengah mengalami sakit, lalu Sayyidina Ali bertanya, “Apa yang sedang kau inginkan, istriku?”

Fathimah menjawab, “aku ingin buah delima.”

Waktu itu Ali sedang tidak mempunyai uang. Namun atas permintaan istrinya itu akhirnya beliau berusaha mencari hutang dan berangkat kepasar demi memenuhi keinginan istrinya.

Akhirnya beliau mendapatkan uang satu dirham dan dengannya cukup untuk membeli sebuah delima.

Setelah membeli delima, Alipun begitu senang. Di sepanjang perjalanan beliau membayangkan raut wajah istrinya ketika di bawakan sesuatu yang diinginkannya.

Namun, ditengah perjalanan beliau mendapati seorang pengemis yang berkata, “sudah lima hari aku belum makan, dan tak ada satu orangpun yang mempedulikanku.”

Ali berkata, “apa yang kau inginkan?’”

“Aku ingin buah delima.” Jawab pengemis.

(Sebelum kita melanjutkan ceritanya. Kira-kira sekarang apa yang kalian fikirkan? Seorang pengemis meminta delima? Apakah itu masuk akal.

Pengemis itu sudah lima hari tidak makan, namun yang dimintanya itu buah delima. Mengapa tidak meminta makanan pokok saja atau yang lain yang bisa membuatnya kenyang.

Pengemis meminta delima? Pengemis yang aneh. Hehee)

Lanjut,
Seketika Sayyidina Ali dilema. Bagaimana mungkin ia memberikan delima satu-satunya ini kepada seorang pengemis. Padahal istrinya yang sakit tengah menunggu untuk dibawakan delima olehnya.

Seketika Sayyidina Ali teringat dengan salah satu firman Allah yang berbunyi, “terhadap pengemis, engkau janganlah menghardiknya.” (Q.S Ad Dhuha :10)

Maka Sayyidina Alipun memberikan satu-satunya delima pada pengemis itu. selama diperjalanan hatinya berat untuk pulang ke rumah. Apa yang harus ia katakana pada istrinya.

Beliau tak membayangkan bagaimana ekspresi kecewa yang akan timbul dari raut wajah istrinya. Sesampainya dirumah Sayyidina Ali tak memiliki keberanian untuk bertemu istrinya. Beliau hanya diam di depan pintu rumahnya.

Seperti yang kita ketahui bahwa Sayyidah Fathimah merupakan salah satu dari keempat wanita paling mulia di dunia. Sehingga Fathimahpun mengetahui apa yang tengah dialami oleh suaminya.

“Masuklah duhai suamiku. Aku sudah tahu apa yang sedang engkau alami.” Panggil Sayyidah Fathimah.

Sayyidina Alipun merasa tenang. “Delima yang sudah engkau berikan kepada pengemis itu, aku sudah memakannya. Ketika engnkau memberikan pengemis itu delima, maka Allahpun memberikanku delima. Hingga hilanglah rasa inginku akan buah delima.”

Tiba-tiba ada terdengar suara orang yang mengetuk pintu rumah. Ketika dibuka ternyata tamu itu adalah Salman al Farisi yang ditangannya memegang talam yang tertutup di bagian atasnya. Lalu meletakannya dihadapan Ali.

“Darimanakah ini ya Salman?” Tanya Ali.

“Dari Allah kepada Rasul dan dari Rasul kepada engkau.” Jawab Salman. Ketika Sayyidina Ali membuka tutup talam itu. Ternyata di dalamnya terdapat Sembilan buah delima.

“Ya Salman jika ini  merupakan pemberian Allah untukku, seharusnya ada sepuluh delima, berdasarkan firman Allah Ta’ala:

Barangsiapa membuat satu amal kebaikan maka pasti baginya sepuluh kali ganda amalnya (balasannya).” (Al- An’am : 160)

Kemudian Salman Al Farisi tertawa seraya mengambil satu buah delima lagi dari sakunya, “sebenarnya aku ingin menguji keimananmu terhadap firman Allah yang engkau bacakan tadi.”

Subhanallah

Bersedekah bukanlah hal yang merugikan melainkan aka nada manfaat yang jauh lebih banyak dari apa yang sudah kita sedekahkan.

Mulai sekarang cobalah untuk memberi seorang pengemis yang meminta di jalanan. Cobalah berfikir. Kita sangat sayang kepada uang yang jumlahnya sangatlah sedikit. Hanya seribu atau dua ribu rupiah.

Bahkan mungkin jika kita menyisihkannya kepada pengemis, tidaklah merugikan bagi kita. (kecuali bagi yang kangker alias kantong kering. Hehee).

Jika kita tak memiliki uang bisa saja kita memberi sebungkus roti, atau beri sebatang rokok, mungkin kita beri ilmu. Hehee mengajarkan ilmu itu seperti sebuah sedekah.

Sehingga jika ada pengemis, langsung kita bilang, “pak sini mau saya ajarkan ilmu biologi?” jika orangnya mau ya silahkan saja kita mengajarinya. Kalau tidak mau yasudah tidak usah berkecil hati.

baca juga : analogy surga dan neraka
***


Terimakasih sudah sudi membaca blog ini.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Kesalahan ketika datang seorang pengemis dihadapanmu, Sadarlah!"

Posting Komentar

Popular

Categories